Musibah atau bencana bisa berupa bencana alam, kecelakaan, penyakit, atau yang lainnya. Sudah barang tentu musibah apapun termasuk penyakit merupakan sesuatu yang tidak nikmat. Jika kita sakit berarti kita sedang tidak diberi kenikmatan dunia oleh Allah swt. Biasanya jika kita sedang sakit jarang sekali kita ingat kepada Allah.
Biasanya jika kita sedang terkena sakit,
kita lalu pergi ke dokter/rumah sakit. Ini sudah benar karena kita
memang pergi kepada ahlinya.
Akan tetapi dibalik sakit yang kita
derita seringkali kita menganggap bahwa sakit ini adalah cobaan dari
Allah swt sehingga selanjutnya kita harus bersabar dan tawakal
menerimanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat Al A’raaf
168 : “..... Wa balaunaahum bil-hasanaati was-sayyi’aati la’allahum
yarji’uun” (..... Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik
dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)).
Berdasarkan firman Allah ini, memang
benar sakit adalah cobaan dari Allah swt tetapi sakit yang kita derita
tersebut diakibatkan oleh karena kesalahan kita sendiri sehingga oleh
Allah kita diminta untuk kembali kepada kebenaran/jalan yang benar.
Selain itu jika kita sedang terkena
sakit, terkadang kita malah bersyukur karena kita menganggap bahwa
dengan sakit ini dosa-dosa kita dapat terhapus, sebagaimana HR Al
Bukhari : “Seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan),
diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampaipun duri yang menusuk
(tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya”.
Kalau kita hayati, sesungguhnya hadist
ini diperuntukkan untuk orang-orang mukmin yang sedang diuji imannya
oleh Allah swt seperti halnya nabi Ayub.
Pertanyaan kita adalah apakah kita ini
sudah termasuk orang-orang yang benar-benar mukmin, merasa sudah mukmin,
atau bahkan belum mukmin ?Jika iman kita masih biasa-biasa saja atau
belum mencapai takaran iman standar, kita seharusnya introspeksi diri,
jangan-jangan sakit kita ini malah peringatan atau bahkan mungkin laknat
dari Allah swt karena kelalaian kita yang lupa akan tanggung jawab kita
sebagai suami, sebagai isteri, sebagai anak, sebagai atasan, sebagai
bawahan, sebagai guru, sebagai murid, sebagai tokoh masyarakat, sebagai
anggota masyarakat, atau sebagai yang lainnya.
Mengapa sakit itu bisa terjadi kepada kita ?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita
ingat hadist nabi berikut ini : “Tiada seorang hamba ditimpa musibah
baik di atasnya maupun di bawahnya melainkan sebagai akibat dosanya.
Sebenarnya Allah telah memaafkan banyak dosa-dosanya. Lalu Rasulullah
membacakan ayat 30 dari surat Asy Syuura yang berbunyi : “Wa maa
ashaabakum mim mushiibatin fa bimaa kasabat aidiikum wa ya’fuu ‘an
kasyiir” (Apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu))”.
Berdasarkan firman Allah ini maka jika
kita renungkan, sakit apa saja yang menimpa diri kita ini, disadari atau
tidak disadari semuanya disebabkan karena dosa/kesalahan kita sendiri,
kesalahan yang sudah bertumpuk-tumpuk sekian lama atau dengan kata lain
sakit itu dari perilaku kita karena kita ingkar/kufur terhadap
nikmat-nikmat Allah swt.
Tampaknya sudah menjadi karakter kita
sebagai manusia, ketika kita melakukan kesalahan yang masih awal,
kemudian Allah memaafkan kesalahan kita, namun kita tidak malah
bersyukur, tetapi kita malah mengulang-ngulang kesalahan yang sama
tersebut sehingga menjadi bertumpuk-tumpuk dan akhirnya Allah memberikan
peringatan kepada kita dengan musibah yang berupa sakit ini. Setelah
Allah swt menimpakan sakit ini kepada kita, adakah maksud atau
katakanlah muatan politis yang terkandung di dalamnya ?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita
ingat firman Allah dalam surat As Sajdah 21 : “Wa lanudziiqonnahum
minal-‘adzaabil-adnaa duunal-‘adzaabil-akbari la’allahum yarji’uun” (Dan
sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat
(di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan
mereka kembali (ke jalan yang benar))
Berdasarkan firman Allah ini maka jika
kita renungkan, sakit yang ditimpakan oleh Allah swt kepada kita, tidak
lain adalah merupakan siksa permulaan di dunia ini, baru sebagian kecil
saja dari siksa-Nya, baru merupakan siksa episode pertama saja, dan
setelah Allah swt menimpakan sakit tersebut kepada kita di dunia ini
maka telah menanti siksa yang lebih besar lagi pada 2 episode berikutnya
yang akan menimpa kita yaitu siksa di alam kubur dan siksa di
akhirat/neraka nantinya.
Coba bayangkan, seandainya akibat dari
kesombongan saya, bisa jadi di dunia ini saya akan ditimpa musibah yang
berupa penyakit jantung misalnya. Maka kemungkinan besar di alam kubur
nanti jantung saya akan disiram dengan cairan logam yang sangat panas
seperti yang senantiasa diceritakan oleh para ustadz, belum lagi di
akhirat/neraka nantinya. Sungguh sangat mengerikan.
Tidak takutkah kita akan semua
siksa-siksa Allah yang amat pedih tersebut. Oleh karena itu, jika kita
tidak ingin mendapatkan musibah/siksa di dunia ini serta siksa-siksa di
alam kubur dan akhirat/neraka nantinya, maka kita seharusnya kembali ke
jalan yang benar, jalan yang diridhoi oleh Allah swt, jalan yang penuh
rakhmat dan barokah-Nya.
Bagaimana seharusnya kita mensikapi sakit yang ditimpakan oleh Allah swt kepada kita ?
Jika kita sedang diberi takdir sakit
oleh Allah swt maka takdir ini harus kita imani dan kita tidak boleh
protes karena kita sedang diberi peringatan oleh Allah swt karena
kesalahan kita agar supaya kita kembali ke jalan yang benar, jalan yang
ditunjukkan oleh Al Qur’an.
Dengan kata lain jika kita sedang sakit,
kita harus berpikir atau introspeksi diri tentang
perilaku/akhlak/pengalaman yang kita alami, kemudian kita ingat kepada
Allah, selanjutnya kita segera mohon ampun kepada-Nya,
Mari kita ingat firman Allah dalam surat
Al Israa’ 82 : “Wa nunazzilu minal-Qur’aani ma huwa syifaa’uw wa
rahmatul lil-mu’miniin .....” (Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu
yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
.....)
Selain itu kita ingat juga firman Allah
dalam surat Yunus 57 : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman”
Berdasarkan 2 firman Allah tersebut maka
dapat kita yakini bahwa Al Qur’an adalah obat segala penyakit dunia
sehingga jika kita sedang sakit, kembalilah ke Al Qur’an, maka semua
penyakit insyaallah akan sembuh. Kita harus banyak bersujud/syukur dan
minta ampun kepada Allah swt karena jika kita sujud kepada-Nya maka kita
akan diberi kenikmatan yang berupa kesembuhan sedang jika kita kufur
maka kesusahanlah yang akan kita dapati.
Selanjutnya kita harus
berakhlakul-karimah, berakhlak mulia sebagaimana yang telah dicontohkan
oleh Nabi Muhammad saw yaitu akhlakul-karimah yang tidak meninggalkan
rukun iman dan rukun islam. Dengan iman kita akan selalu sujud dan dekat
dengan Allah.
Mari kita ingat ketika Aisyah ra ditanya
tentang akhlak Rasulullah saw, maka dia menjawab : “Akhlaknya adalah Al
Qur’an” dan firman Allah dalam surat Al Ahzab 21 : “Laqad kaana lakum
fii rasuulillaahi uswatun hasanatul liman kaana yarjullaaha
wal-yaumal-aakhira wa zakarallaaha kasiiraa” (Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah). Dengan kata lain Muhammad adalah Al Qur’an
berjalan.
Berdasarkan beberapa firman Allah
tersebut di atas maka sesungguhnya telah menjadi jelas bahwa sakit yang
menimpa diri kita di dunia ini insyaallah disebabkan karena
dosa/kesalahan kita agar kita kembali ke jalan yang benar (Al Qur’an).
Disamping itu sakit insyaallah bisa kita
jadikan barometer awal untuk mengukur tingkatan/level iman dan takwa
kita kepada Allah swt. Sehingga jika kita masih diberi sakit di dunia
ini oleh Allah swt kita wajib mempertanyakan pada diri kita sendiri,
sudah sampai dimana iman dan takwa kita kepada Allah swt, ini tandanya
bahwa iman dan takwa kita insyaallah masih belum seperti yang
dikehendaki oleh Allah swt.
Ketahuilah bahwa iman dan takwa
seseorang, maaf, tidak cukup hanya diukur dari sholat, puasa, zakat, dan
hajinya saja. Ini semua sudah merupakan kewajiban yang harus kita
laksanakan, ini adalah standar minimal kita sebagai orang
islam. Mudah-mudahan ini bisa menjadi bahan renungan/kajian kita
bersama, untuk selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita
sehari-hari sehingga dengan kita selalu minta ampun kepada-Nya dan kita
selalu membalas semua kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt kepada
kita dengan balasan iman dan takwa, niscaya kita semua insyaallah akan
dapat terhindar dari sakit apapun di dunia ini. Amin.
sumber : klik saja
asalamualaikum..
ReplyDeleteiya betul saya sendiri pun bisa merasakan apa yg di bilang anda tdy?.
asalamualaikum..
ReplyDeleteustad sya mau nanya tentang mata saya... setiap harinya kata orng2 bahwa saya mengantuk padahal tidak, sya skit padahal tidak dan saya habis nanggis padahal tidak...
menurut ustad, saya ada masalah gx? mohon bantuannya untuk memperbaiki diri....
Walaikumsalam,
ReplyDeleteSaudari ia, Sakit mata berkaitan dengan "Cara Pandang" Kita terhadap sesuatu hal dalam kehidupan sehari-hari. coba istighfar dan renungkan biasanya Mata saudara ia Lebih pergunakan untuk melihat kebaikan (Alquran) ataukan sebaliknya (melihat yang tidak dibenarkan Alqurna).
Demikian,
Wassalam.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAssalamu'alaikum
ReplyDeleteSaya mau tanya ustadz tentang kebiasaan saya yang sering mengigau sambil menangis dan berteriak ketika sedang tidur malam....menurut ustadz hal itu apa sebabnya? kira - kira bagaimana solusinya...
Download mp3 unlimited
ReplyDeleteFREE DOWNLOAD MP3
UPTODATE
MP3 UPTODATE
GRATISSS
free download movies now
here
Watch Movies and TV Show and Free Download
New Movie
alita battle angel
alita battle angel FULL MOVIE